Mata uang kripto bisa mendatangkan keuntungan besar dan kerugian sama besarnya jika kita tidak terlalu memahaminya. Umumnya, seseorang mendapat keuntungan pada mata uang kripto dengan memperdagangkannya di bursa. Selisih dari harga jual dan beli itulah yang menjadi keuntungan seseorang. Sayangnya, aktivitas trading itu cenderung spekulatif dan tidak ada kepastian. Benar, ada grafik yang bisa dianalisa, pun ada ekosistem sebuah mata uang kripto yang dijadikan pertimbangan. Akan tetapi, meski ada banyak hal yang bisa dianalisa, aktivitas trading mata uang kripto tetaplah spekulatif.

Karena spekulatif itulah banyak orang yang merugi jutaan atau bahkan milyaran rupiah. Dengan demikian, maka jika kita tidak memiliki keahlian trading mumpuni, bertransaksi di bursa kripto akan lebih banyak rugi daripada untung. Alternatifnya adalah kita membeli dan tidak menjualnya dalam waktu tahunan. Orang yang membeli koin Ethereum pada tahun 2019 di harga belasan juta, dan menahannya sampai saat ini, tentu sudah memiliki keuntungan besar karena harga koin Ethereum ada di kisaran empat puluh juta. Tetapi, tetap saja, jika kita tidak menjual koin yang kita tahan, keuntungan kita hanya berupa portofolio yang tidak bisa kita nikmati.

Lantas, apakah ada alternatifnya? Apakah ada cara mendapat keuntungan dari membeli kripto tanpa berdagang di bursa? Jawabannya ada. Pada jaringan blockchain tertentu, kita bisa melakukan Staking terhadap koin-koin tertentu. Dengan melakukan staking, kita akan mendapat bunga yang tergolong besar. Bunga tersebutlah yang bisa kita cairkan menjadi rupiah dan dinikmati.

Apa Itu Staking?

Tertarik melakukan staking tetapi masih bingung konsepnya? Mari kita bahas. Jadi, secara sederhana, staking adalah aktivitas membeli dan mengunci sebuah token kripto. Kita harus berkomitmen tidak menjual token tersebut dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, dan pada akhir periode penguncian, kita akan mendapat bunga berupa tambahan token kripto dari token yang sudah kita kunci tersebut.

Lebih sederhana lagi, staking coin adalah konsep deposito yang ada di dunia mata uang kripto. Hebatnya, bunga yang diberikan bisa jauh lebih besar daripada bunga deposito. Koin-koin baru bisa menawarkan bunga hingga ratusan persen jika kita melakukan staking selama kurun waktu tertentu. Tujuannya apa? Agar banyak orang tertarik dan membeli koin tersebut. Lantas, jika banyak orang yang membeli dan mengunci sebuah koin, maka manfaatnya adalah harga koin tersebut bisa lebih stabil.

Sayangnya, jika kita melakukan staking untuk koin-koin baru, harganya masih bisa sangat fluktuatif. Memang benar, aktivitas staking bisa membuat harga koin stabil, tetapi itu hanya akan terjadi jika banyak orang yang melakukan staking. Jika yang melakukan staking lebih sedikit dibandingkan yang aktif memperjualbelikannya di bursa, maka harga koin tersebut tidak akan stabil. Khawatirnya, pada akhir periode staking, harga koin sudah sangat anjlok dan sia-sia belaka apa yang kita lakukan.

Untuk mengakalinya, kita bisa melakukan staking terhadap koin yang stabil. Koin seperti Binance atau Solana bisa menjadi pilihan untuk distake. Bagaimana dengan dua koin raksasa seperti Bitcoin dan Ethereum? Apakah dua koin tersebut layak distake? Sayangnya, dua koin tersebut untuk saat ini belum bisa digunakan untuk staking, terutama Bitcoin. Ethereum sebenarnya bisa, tetapi masih dalam tahap pengembangan saat ini, dan ada metode lain yang lebih menguntungkan untuk Ethereum selain staking. Kita akan bahas hal ini pada bagian lain di artikel ini.

Kembali ke staking, lantas bagaimana sebenarnya kita mendapat bunga? Dari mana tambahan koin yang kita peroleh setelah melakukan staking? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami dulu bagaimana blockchain bekerja.

Bagaimana Blockchain Bekerja

Blockchain adalah konsep penyimpanan data secara tidak terpusat alias terdesentralisasi. Situs seperti Facebook, Twitter, Google, atau bahkan semua yang ada di internet saat ini menggunakan penyimpanan data terpusat. Artinya, jika kita membuat akun google, data kita disimpan oleh google. Jika kita membuat akun Instagram, maka data kita ada di Instagram, dan seterusnya.

Nah, blockchain mengubah konsep tersebut. Sebuah situs atau platform yang dibangun dengan blockchain menyimpan data dengan mengacak data tersebut, mengubahnya menjadi kode-kode rahasia alias enkripsi, dan semuanya disimpan menjadi blok-blok terpisah. Setiap transaksi di blockchain, entah itu pembuatan NFT, transaksi jual beli, pembuatan akun, semuanya diubah menjadi kode rahasia dan ditambahkan ke blok baru. Maka dari itu konsep ini disebut blockchain alias rantai blok, karena setiap aktivitas akan disimpan menjadi blok-blok baru dan menyambung blok yang sudah ada.

Lantas, siapa yang mengubah setiap aktivitas di jaringan blockchain menjadi kode rahasia? Apakah pihak blockchain tersebut? Jawabannya adalah bukan. Yang melakukan tugas rumit tersebut adalah sesama pengguna jaringan blockchain tersebut. Maka dari itu, sebuah blockchain akan semakin besar dan terjaga apabila semakin banyak yang menggunakannya.

Orang-orang yang mengolah aktivitas di blockchain disebut validator. Untuk menjadi validator dan mengolah aktivitas menjadi blok-blok baru di jaringan blockchain, seseorang harus memiliki banyak token kripto dari jaringan tersebut. Jaringan blockchain akan memilih validator dengan kepemilikan token kripto paling banyak untuk memvalidasi sebuah aktivitas di jaringan blockchain.

Begitu seorang validator dipilih dan melakukan validasi, maka blok baru akan ditambahkan ke dalam jaringan, dan setiap blok baru ditambahkan, token kripto akan tercipta. Validator yang telah memvalidasi aktivitas tersebut akan menerima token kripto yang tercipta tersebut. Proses itu terjadi berulang kali setiap kali ada aktivitas di jaringan blockchain, dan validator akan berebut melakukan validasi.

Masalahnya adalah, darimana seorang validator mendapat begitu banyak token kripto? Jawabannya adalah dengan melakukan staking bersama pemilik token lainnya. Artinya, jika kita melakukan staking koin tertentu di sebuah jaringan blockchain, kita membantu validator memenangkan persaingan dengan validator lain untuk melakukan validasi. Maka dari itu, setiap keuntungan yang didapat validator, akan dibagikan kepada semua orang yang sudah melakukan staking berdasarkan besaran staking masing-masing orang.

Jadi, saat kita melakukan staking, kita tidak menjadi validator secara langsung, melainkan membantu validator memenangkan persaingan. Dan untungnya, jika kita staking di jaringan blockchain besar dan sibuk seperti Binance, hampir setiap validator pasti bisa melakukan validasi, hanya saja keuntungan yang didapat tetap tergantung seberapa besar kepemilikan token dari jaringan blockchain tersebut.

Dengan kata lain, saat melakukan staking koin, kita membantu sebuah ekosistem blockchain untuk berkembang dan terus aktif. Seperti kita tahu, kunci bertahannya jaringan blockchain ada pada para penggunanya, bukan pada pihak yang membuat jaringan tersebut. Maka dari itu, dengan membantu berkembang dan bertahannya jaringan blockchain, kita mendapatkan reward berupa token kripto dari jaringan tersebut.

Proof of Work vs Proof of Stake

Memvalidasi aktivitas di jaringan blockchain tidak selamanya menggunakan konsep staking. Jaringan seperti Binance memang menggunakan Proof of Stake untuk menentukan validator. Akan tetapi, jaringan seperti Bitcoin dan Ethereum memiliki metode yang sedikit berbeda, yaitu Proof of Work. Itulah kenapa Bitcoin dan Ethereum belum bisa untuk distake.

Proof of Work mengharuskan validator untuk benar-benar bekerja melakukan validasi. Caranya bagaimana? Seorang validator harus memiliki perangkat keras untuk mengenkripsi sebuah aktivitas di jaringan blockchain. Setiap kali perangkat keras validator mengenkripsi aktivitas di blockchain, sebuah blok baru akan ditambahkan, dan validator mendapat reward berupa token kripto. Aktivitas ini biasa juga disebut dengan mining atau menambang.

Maka dari itu, untuk mendapatkan Bitcoin atau Ethereum selain dengan memperjualbelikannya, kita bisa menambang kedua koin tersebut. Keuntungan yang didapat dari mining memang lebih besar dibandingkan staking, tetapi untuk melakukan aktivitas mining, kita perlu perangkat komputer yang siap menyala full 24 jam, jaringan internet stabil, listrik yang menyala terus, dan tentu saja airflow di sekitar komputer yang akan menjaga suhu komputer tetap dingin.

Aktivitas mining juga dipercaya tidak ramah lingkungan, boros listrik, dan menimbulkan polusi suara. Maka dari itu, jaringan Ethereum saat ini tengah berada pada transisi dari mining ke staking. Kelak, semua aktivitas di jaringan Ethereum akan divalidasi menggunakan metode Proof of Stake. Transisi itulah yang direncanakan mengubah total Ethereum dan menghasilkan Ethereum 2.0.

Di Mana Bisa Melakukan Staking?

Melakukan staking jelas lebih mudah dilakukan dibandingkan mining. Lantas, di mana kita bisa melakukan staking? Sebenarnya ada banyak platform yang menyediakan fitur staking, tetapi untuk hasil yang maksimal kita bisa melakukannya di situs Binance. Di sana, kita bisa melakukan staking BNB dan mendapat bunga mulai dari 5% sampai dengan 8% per tahun. Artinya, jika kita membeli BNB dan menguncinya, kita akan mendapat tambahan BNB di akhir periode penguncian. Hal ini tentu sangat menguntungkan karena kita tidak perlu bertransaksi di bursa, tidak khawatir kehilangan uang, mendapatkan keuntungan, dan tentu saja menjaga blockchain Binance tetap terjaga dan berkembang.

***

Staking adalah aktivitas membeli dan menahan koin kripto untuk mendapat tambahan koin tersebut. Hebatnya, selain mendapat tambahan koin dari yang kita stake, potensi keuntungan kita juga akan semakin besar seiring dengan harga koin kripto yang naik. Saat ini, mendapat bunga 8% dari koin BNB mungkin tampak kecil karena harga koinnya masih di kisaran 6 juta rupiah. Tetapi akan berbeda jika kelak koin BNB memiliki harga puluhan juta rupiah. 8% dari harga koin BNB yang puluhan juta rupiah tentu saja akan jauh lebih besar dibandingkan ketika harga BNB masih 6 jutaan.

 
Tags :

Related Articles

Ingin Penghasilan Tambahan? Beberapa Side Hustle Ini Cocok Untukmu!

Seberapa penting memiliki side hustle atau pekerjaan sampingan? Semua tergantung dengan kebutuhanmu,...

Apa Itu Skema Ponzi? Benarkah Ini Modus Investasi Bodong? Ini Jawabannya!

Apa Itu Skema Ponzi? Benarkah Ini Modus Investasi Bodong? Investasi merupakan salah satu hal yang...

Tips Memilih Developer IT yang credible & professional

Tips Memilih Developer IT yang credible & professional Agar website sesuai dengan keinginan A...